Pacaran Beda Agama. Setiap manusia mengalami proses kehidupan yang berliku, dari tingkat perekonomian yang selalu membuat manusia pusing tujuh keliling. dan tentang percintaan. Pacaran berbeda Agama sering menjadi perbincangan hangat di lingkungan masyarakat kita sampai saat ini, sebenarya apa salahnya sich pacaran beda agama???? kalau orang jatuh cinta tidak akan pernah mempermasalahkan semua itu.
kalau sama-sama sayang dan cinta, tak memandang status sosial. walau dia miskin, kaya, pejabat, penjahat, dan beda agama. semua itu pasti saling melengkapi satu sama lain. karena ciri-ciri cinta sejati itu tumbuh dengan sendirinya, tak ada paksaan dan ikatan. jadi kita bisa menikmati hidup ini secara leluasa.
“Kak, menurut kakak, pacaran beda agama ituh, salah ngga sih?” Seorang remaja belia berusia 17 tahun menanyakannya narasumber. Kebetulan narasumber tersebut bukan expert-nya dalam hal beginian.
Mungkin ada temen saya yang sekarang ngalamin hal yang sama. Sedang naksir seseorang yang berbeda agama? Baru pacaran dengan yang berbeda agama? Atau udah lama pacaran dengan yang beda agama? Nah, bahasan yang saya bakal paparkan adalah dari sudut pandang saya yah yang saya ringkas dari si narasumber tersebut.
Sebelumnya temen-temen coba dulu jawab pertanyaan berikut ini:
1. Mengapa aku bisa menyukai do’i?
2. Apa sih tujuanku berpacaran dengan dia? Having fun, ‘jalanin aja’ atau sampai ke pelaminan?
3. Kira-kira apa tujuan si dia berpacaran denganku yah? Having fun, ‘jalanin aja’ atau sampai ke pelaminan?
4. Bagaimana tanggapan keluarganya?
5. Bagaimana tanggapan keluargaku?
6. Apa aku sanggup menerima dan mampu menyikapi perbedaan ini yah?
Setidaknya itulah beberapa pertanyaan yang harus temen-temen ajuin kepada diri sendiri dan bisa juga si do’i.
TUJUAN
Apa sih tujuan kamu berpacaran? Menurut saya ini adalah poin pentingnya. Kalu sekadar having fun atau sekadar memuaskan hasrat masa muda untuk berpacaran. Itu terserah padamu. Tapi, jangan lupa juga loh untuk pastiin tujuan si dia juga. Kalu dia ternyata berniat serius, gimana?
TANGGAPAN KELUARGA
Gimana tanggapan keluarga kalian? Ngga dipungkiri, ketika kita mulai menjalin hubungan dengan seseorang, itu artinya kita juga harus siap menjalin hubungan dengan keluarganya.
Si gadis 17 tahun yang saya sebutin di awal bercerita: “Dia udah cerita sama ortunya. Ortunya setuju kalau aku mau masuk ke agamanya dia. Sementara kakak-kakakku juga menentang banget.”
Nah, kamu siap untuk berganti agama jika kalian jadi nanti? Atau mau kawin lari?
Si gadis 17 tahun itu bilang: “Sejujurnya kalau disuruh untuk berganti agama, hati nuraniku berkata ‘ngga’. Aku juga kepikiran, masa aku mau meninggalkan keluargaku yang pastinya lebih lama mengenalku demi seseorang yang baru aku kenal.”
MENYIKAPI PERBEDAAN
Oke lah. Akhirnya, kalian bisa bersama (selamanya) ntah dengan cara kawin lari atau persetujuan keluarga. Namun, tetap dengan keyakinan yang berbeda. Apakah kalian sanggup menerima perbedaan tersebut?
Berikut beberapa hal yang sebaiknya kamu pikirkan:
1. Menjalin hubungan romantis dengan seseorang yang berbeda agama ituh ibarat “memikul kuk yang tidak seimbang”. Coba bayangkan apakah nyaman jika kita memikul, misal, di sebelah kiri 1 kg sementara di sisi lain 2 kg?
2. Kalu kata orang, “Kasihan anaknya harus milih agama.” Oke, walau ortunya seagama, tetep si anak masih punya hak untuk memilih agama. Tapi, mendidik anak dengan satu cara alangkah lebih baiknya, termasuk urusan ibadah.
3. Sudah siap untuk beribadah masing-masing? Tidak ada perasaan cemburu ketika melihat pasangan lain beribadah bersama-sama?
Khususnya untuk poin ke-3. Pernah nonton film Cin(T)a atau kalau kata Bair ada film ‘3 Hati 2 Dunia 1 Cinta’. saya belum nonton kedua-duanya sih. Tapi, trailer-nya Cin(T)a, pernah. Nah, saya inget-inget pemeran tokoh utamanya Cina dan Anisa berdo’a bersama – mencampurkan do’a mereka yang seharusnya berbeda.
saya pribadi punya satu statement begini:
“Toleransi dan kompromi itu berbeda.”
Toleransi ituh menghargai agama dan kepercayaan orang lain. Tapi, tidak akan kompromi – yakni mencampur-adukkan atau melakukan apa yang seharusnya menjadi kebiasaan agama orang lain.
Balik ke tujuan awal kamu berpacaran ituh, serius atau ngga. Itu tergantung pada masing-masing. Namun, ada yang mesti kamu antisipasi:
Cinta itu bertumbuh karena dipupuk. Bisa saja awalnya kamu bilang: “Ah, ngga apa-apa. Ini cuma pacaran. Apa salahnya?” Kita ngga tau pasti apa yang akan terjadi ke depannya. Bisa aja kamu semakin dan semakin cinta. Kalau cinta sudah berbicara, apa mau dikata?
0 komentar:
Posting Komentar