Selasa, 08 Maret 2011

Jangan Berhenti Ditengah Jalan

Pernahkan Anda mengalami keterpurukan? Terpuruk sampai ke titik terdalam. Bagimana rasanya? Menjadi seperti orang yang tak berguna? Gagal total? Dalam posisi seperti itu, maukah Anda berjuang kembali untuk meraih kejayaan yang dulu pernah ada?

Mungkin Anda saat ini akan menjawab: mau. Namun jika keterpurukan itu benar-benar menimpa Anda, jawabannya mungkin beda. Bisa jadi Anda justru akan berpikir bahwa kematian mungkin lebih indah bagi Anda. Atau Anda mungkin akan berpikir bahwa keluar dari dunia Anda merupakan jawaban terbaik. Pergi ke suatu tempat untuk melarikan diri.

Kadang saya ketika melihat teman-teman muda yang menyia-nyiakan hidupnya, sering berkata dalam hati: kawan, mengapa engkau sia-siakan hidupmu. Mengapa Engkau tak mau bangkit dari sana dan melakukan hal kecil yang lebih berguna. Contoh kongkret dalam kehidupan komunitas keagamaan. Menjadi mudika, pemuda masjid dan seterusnya. Di Gereja saya memang ada teman muda yang aktif. Namun lebih banyak yang hanya menonton, dan lebih banyak lagi yang sama sekali tak berpartisipasi.


Untuk bisa bangkit, memulai sesuatu yang baru memang kadang tak mudah. Tak mudah bukan berarti mustahil. Mengapa kita tak mau belajar menghadapi kesulitan dari Lance Armstrong.

Bagi Anda yang menyukai berita olah raga pasti kenal nama ini. Siapakah dia. Ia adalah pemegang rekor 7 kali berturut-turut juara Tour de Frence. Hanya ada satu orang lain yang memegang rekor ini. Rekor ini saja sudah istimewa. Apa lagi yang memegangnya pernah mengidap penyakit kanker pada stadium 3. Dari kisah ini kita akan melihat sebuah semangat kebangkitan yang luar biasa.

Lance Armstrong dilahirkan dari orang tua tunggal. Ibunya bernama Linda Mooneyham. Ayahnya melarikan diri ketika Lance sedang dikandung. Beruntung ibunya memiliki penghasilan yang bisa dicukup-cukupkan. Linda kemudian mendapat pekerjaan yang lebih baik. Ia memenuhi semua keinginan Lance. Dengan satu syarat: Lance tak boleh melakukan hal-hal yang menyusahkan ibunya.

Lance sendiri sebenarnya adalah anak hiperaktif. Untuk menyalurkan energinya, ia kemudian banyak berolah raga. Olah raga yang ia sukai adalah renang dan bersepeda. Pada usia 12 tahun, ia bisa berenang sejauh 10 km dan bersepeda sejauh 32 km dalam sehari. Hal yang kedengarannya aneh di daerah perumahan kelas menengah di Amerika.

Perjalanan berikutnya merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Pada usia 15 tahun Lance bersaing dengan atlet dewasa dalam President Triathlon. Dan ia bisa finis di urutan 32. Ketika kelas tiga SMA ia memenangkan sebuah lomba time trial di New Mexico. Tahun 1985 Lance terjun dalam pertandingan profesional, bergabung dengan tim nasional Amerika, sekaligus Tim Subaru-Montgomery untuk pertandingan dalam negeri. Saat itu ia memenangkan pertandingan Settimana Bergamasca di Italia. Dalam pertandingan di Zurich, Lance berada di posisi ke dua.

Tahun berikutnya, Lance memenangkan pertandingan LeMond di Tour de Frence. Kemudian pertandingan klasik satu hari Trophee Laigueglia di Italia. Sayangnya dalam pertandingan di Zurich tahun 1986, ia hanya finish peringkat ke 20. Namun kegagalan ini bisa ditebus pada kejuaraan dunia di Olso. Tahun 1994, Lance berada pada posisi ke dua masing-masing untuk pertandingan di Liege-Bostogne-Liege, di San Sebastian dan Tour Du Pont. Dan pada tahun 1995, Lance memenangi pertandingan San Sebastian dan Tour Du Pont.

Dengan prestasi ini, Lance Armstrong harus “naik kelas.” Ia ditantang supaya mampu menyelesaikan Tour de France. Tour de Frence bukanlah lomba balap sepeda biasa. Pertandingan ini merupakan pertandingan balap sepeda paling keras di muka bumi. Tentu dengan tantangan yang berat ini, Tour de Frence menjadi pertandingan yang sangat bergengsi.

Namun sesuatu yang sangat buruk pun terjadi padanya. Pada Oktober 1996 Lance Armstrong didiagnosa menderita kanker testikel. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa ia menderita kanker pada stadium 3. Jika Anda menderita kanker pada stadium 3 berarti bahwa sesuatu yang buruk, sangat buruk, sudah terjadi pada tubuh Anda. Dan kanker yang diderita Lance sudah menyebar ke paru-paru dan otak.

Anda bisa bayangkan, seorang olahragawan, atlet balap sepeda membutuhkan stamina yang baik, otot kaki yang kuat, dan paru-paru yang mampu dipacu untuk menyuplai aliran oksigen pada kapasitas maksimal ke seluruh tubuh selama sekitar enam jam. Tentu mustahil seorang atlet balap sepeda mampu masuk dalam persaingan internasional jika paru-parunya cacat. Apa lagi kalau kanker yang menyerang paru-paru tersebut. Dokter yang merawat Lance Armstrong mengatakan bahwa Lance tak mungkin lagi kembali menjadi atlet balap sepeda. Namun Lance Armstrong bukanlah orang lembek yang mudah menyerah pada harapan yang kecil. (Di bagian akhir dikatakan bahwa setelah menyelesaikan khemoterapi, dokter mengatakan bahwa kemungkinan kesembuhannya hanya tiga persen.)

Di sinilah letak kehebatan Lance Armstrong. Ketika ia berniat bahwa sudah saatnya untuk melawan, ia takkan pernah berhenti sebelum menyentuh garis finis. Sebagai penderita kanker, Lance bukanlah pasien yang menggantungkan diri dari informasi dokter. Ia belajar kemudian mengenai kanker dari buku-buku dan internet. Ia kemudian mampu berdiskusi dengan dokter. Ia mengenal apa makna hasil pemeriksaan laboratorium tanpa dijelaskan oleh dokter. Ia juga tak puas jika hanya menemukan dokter yang pesimis dengan kondisinya. Ia mencari dan terus mencari ahli kanker terbaik, sampai ia menemukan dokter yang mampu berkata: Baiklah, kamu akan diobati dan mendapatkan kesembuhan. Dan “kepada penyakit” itu ia berkata: Hai penyakit, kamu memilih orang yang salah!

Kemoterapi adalah pengobatan dengan memasukkan cairan dalam tiga kantung plastik dengan volume 50 cc. Pada kantong tersebut terdapat tulisan “bahan berbahaya.” Cairan tersebut dimasukkan melalui selang infus. Efek dari kemoterapi adalah myelosuppresion, yaitu berhentinya proses pematangan darah merah sehingga volume darah akan turun. Kemoterapi tak hanya membunuh kanker, namun juga menyerang sumsum tulang belakang, otot, gigi, kerongkongan dan perut.

Kemoterapi akhirnya mampu menghancurkan penyakit tersebut. Dan juga fisik Lance. Tubuhnya menjadi kurus dan tak bertenaga. Namun diantara siklus kemoterapi Lance kadang bersikeras untuk tetap bersepeda. Tentu saja fisiknya tak mampu mendukung kegiatan tersebut. Diceritakan bahwa suatu ketika ia harus tiduran di tepi jalan karena kehabisan tenaga ketika seorang wanita paruh baya mampu terus mengendarai sepeda.

Bangkit setelah mengalami sesuatu yang mengerikan bukanlah sesuatu yang mudah. Yang pertama harus ia lakukan adalah mengalahkan dirinya sendiri. Khemoterapi sebanyak empat kali (artinya sudah pada tahap akut) telah menghancurkan otot-ototnya. Semangat bertanding Lance Armstrong kadang juga hilang. Ia sempat bermalas-malasan selama beberapa pekan sampai dihardik oleh istrinya. Pelatih dan manajernya pun selalu bertanya, kapan Lance Armstrong akan kembali. Akhirnya mental juara Armstrong pun tumbuh kembali. Ia mulai menempa dirinya. Ia berlatih menaklukkan tanjakan di daerah pegunungan.

Pertandingan pertama yang diikutinya adalah Tour of Luxembourg, dan menang. Kemudian finish di urutan keempat pada Tour of Holland. Di susul Tour of Spain. Dan tentu saja prestasi yang paling mencengangkan adalah memenangkan Tour de France pada tahun 1999. Dan enam tour yang sama kemudian dimenangkannya secara berurutan.

Namun kisah perjuangan paling menarik adalah ketika Lance Armstrong harus berjuang melawan kanker testikel. Bagaimana ia berjuang dengan banyak cara untuk memenangkan peperangan tersebut. Kisah pada bagian inilah yang hendak ditonjolkan oleh Lance Armstrong dalam buku “A Survivor’s Story.” Suatu ketika Lance Armstrong ditanya: mana yang lebih penting, memenangkan Tour de France atau mengalahkan kanker. Lance menjawab: mengalahkan kanker lebih bermakna baginya. Dalam proses penyebuhan ia diminta untuk berbicara dengan beberapa pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Dan itu merupakan awal keterlibatannya aktivis kanker. Ia kemudian mendirikan Lance Armstrong Foundation tahun 1996. Yayasan tersebut mendukung penelitian, kesadaran dan deteksi dini kanker.

Buku “A Survivor’s Story” merupakan buku yang sangat inspiratif. Buku ini menunjukkan kepada kita bagaimana kita tak boleh menyerah dengan keadaan. Lance Armstrong mengajak kita untuk mengeksplorasi setiap kemungkinan yang bisa membawa kita pada “kemenangan,” meski peluang itu sangat kecil.

Judul buku : A Survivor’s Story

Pengarang : Lance Armstrong dan Sally Jenkins

Penerbit : Hikmah 2009 (The Berkley Publishing Group 2001)

Tebal : 418 + ix

Related Post





0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Pilangkenceng Blog